Minggu, 31 Oktober 2010

jurnal kelompok

ANGGOTA KELOMPOK

AYUB MARTIEN NPM : 10508032
DIANNISA SHAVIRA NPM : 10508061
KANIA INDANINGRUM NPM : 10508116
RIDHO ANDIKA NPM : 10508197
RENNY NPM :

KELAS : 3 PA 06

PENDAHULUAN

A. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.

ISI PEMBAHASAN

A. JURNAL 1
Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi Utama Liga Indonesia memberikan warna tersendiri, bukan hanya oleh permainannya yang menawan tetapi juga pada suporter pendukung yang menamai dirinya The Jakmania.

The Jakmania adalah kelompok suporter pendukung tim sepak bola Persija yang terbentuk karena suatu alasan, yaitu samasama mendukung tim sepak bola Persija dan berupaya untuk mengorganisir para suporter Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997. Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu masa kepemimpinan Gugun Gondrong digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator Wilayah.

Selain kegiatan mendukung Persija dalam pertandingan, anggota The Jakmania juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun anggota membahas perkembangan The Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut.

Dalam kelompok The Jakmania terdapat kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan Radio Utan Kayu yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija, Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan.

Kelompok-kelompok yang ada dalam The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersamasama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok The Jak Kukusan merupakan salah satu kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas.

Hal-hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masyarakat memandang kegiatan suporter sepak bola dapat memicu timbulnya agresifitas yang merugikan banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas yang dapat membangun serta bersifat positif.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas pada The Jakmania. Kekompakan yang ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji kelompok suporter ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti mengambil langkah ini karena melihat adanya sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994) menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak adanya kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif. Berdasarkan penelitian kohesivitas dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan, berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan Persija secara langsung, patungan), proses pengambilan keputusan (berdiskusi untuk menentukan keputusan yang terbaik, setiap anggota mempunyai solusi), identitas kelompok (menggunakan atribut
Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan yel-yel bersama), kohesivitas kelompok dilapangan (kelompok bergabung dengan The Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersamasama, merayakan gol bersama, merayakan kemenangan bersama).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Selain dapat melihat kohesivitas dalam kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah anggota (dengan anggota yang berjumlah 10 orang menyebabkan setiap individu dapat mengenal lebih dalam dengan anggota kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota dalam kelompok memiliki keinginan yang sama yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti nonton Liga Champion bersama anggota kelompok dan aktifitas tersebut dapat meningkatkan kekompakan, karena setiap anggota dapat saling bertemu). Ketiga kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat meningkatkan keterikatan antara anggota kelompok), saling membantu dan menolong (setiap anggota The Jak saling membantu jika ada yang kesusahan dan setiap anggota The Jak harus saling menolong, perilaku tersebut dapat meningkatkan kekompakkan dan kebersamaan setiap anggota).

Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menyebabkan adanya keterkaitan antara dua hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania yang saling berkesinambungan.


B. JURNAL 2

Dalam konteks Aceh, masyarakat sivil (civil society) merupakan antara pelaku yang mempunyai peluang dan harus dilibatkan untuk membangunkan perdamaian berterusan ini. Selain memang berada dalam situasi konflik, masyarakat sivil lebih menyokong kaedah penyelesaian tanpa kekerasan, dan yang menjaga asas kebebasan individu dan hak asasi manusia. Alexis Tocqueville mengertikan masyarakat sivil sebagai pertubuhan-pertubuhan yang mempunyai matlamat yang berbeda-beda, eksklusif dan terpisah-pisah dan memiliki asas yang dikongsi bersama untuk bertindak secara bersama, iaitu kebebasan individu dan hak asasi manusia.

Penglibatan masyarakat sivil juga penting untuk mengingatkan bahawa apapun penyelesaian yang dijalankan untuk Aceh haruslah melalui proses dan menuju pembangunan struktur demokrasi. Hal ini adalah antara perkara untuk memastikan penyelesaian yang dibina mampu menjamin perdamaian berterusan. Dalam hal ini masyarakat sivil memang pelaku yang sangat sesuai kerana masyarakat sivil dijalankan atas prinsip-prinsip saling menghargai dan terbuka, dan menganut nilai-nilai sejagat. Kebiasaan yang dijalankan masyarakat sivil dalam mengambil keputusan atau mencapai matlamat politik yang dilakukan secara bersama merupakan perkara-perkara yang sangat penting dalam melahirkan nilai-nilai demokrasi.

Uraian-uraian ini membuat penyelidikan akan kesan dan peranan masyarakat sivil ini dalam membangun perdamaian dan transformasi konflik di Aceh merupakan suatu perkara yang menarik dan mustahak untuk dilakukan. Penyelidikan juga penting dilakukan untuk melihat peranan masyarakat sivil dalam membangun perdamaian setelah perubahan konteks konflik selepas bencana tsunami di Aceh.

Berdasarkan kepada penyataan masalah yang telah dikemukakan di atas, penyelidik tertarik untuk menganalisis secara komprehensif usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat sivil Aceh, terutamnya sebelum tsunami, dalam membangunkan perdamaian dan keberkesanannya dalam transformasi konflik di Aceh.

Untuk mencapai objektif kajian, penyelidik menggunakan pendekatan penyelidikan berbentuk kajian kes dengan konflik Aceh sebagai kes kajian. Kaedah yang digunakan di dalam penyelidikan ini pula di bahagikan kepada dua iaitu kajian perpustakaan dan kajian lapangan. Umumnya penyelidikan ini adalah bersifat teoritikal dan empirikal. Untuk itu kedua-dua data primer dan sekunder digunakan dalam tesis ini.

Data yang akan dikumpulkan di dalam kajian ini adalah berbentuk kualitatif. Diantara maklumat yang akan dikumpulkan adalah keadaan konflik Aceh, termasuk sejarah, punca, perkembangan, pelaku, isu, kesan yang ditimbulkan dan kaedah pengurusan konflik yang dijalankan. Maklumat lainnya adalah mengenai struktur masyarakat sivil Aceh, termasuk pelaku-pelaku utama, jaringan yang dipunyai dan perkembangan-perkembangan yang telah berlaku. Di samping itu maklumat yang akan dikumpulkan adalah berkenaan dengan usaha dan aktiviti masyarakat sivil Aceh dalam membangun perdamaian, bagaimana itu dijalankan dan apa cabaran yang mereka hadapi serta apa pengaruh cabaran dan aktiviti itu terhadap struktur dan kapasitas mereka.

Kalau kita kaji secara mendalam memang didapati bahawa konflik Aceh susah untuk diselesaikan, sehingga memerlukan ketelitian dalam merumuskan kaedah penyelesaian yang berkesan. Secara ringkas penyelidik ingin menghuraikan beberapa perkara yang membuat konflik Aceh susah untuk diselesaikan sebelum datangnya musibah tsunami,yaitu:
Pertama: punca konflik kerana kegagalan struktur negara dalam memuaskan struktur dan tradisi hidup sebuah komuniti, hal ini seperti yang dihuraikan dalam pendahuluan di atas.

Kedua: terjejasnya hubungan yang sangat lama dan terus menerus yang telah mewujudkan ketidakpercayaan dan stereotype antara satu pihak dengan pihak lain. Perasaan ini terutamanya ada pada pihak rakyat Aceh kerana banyaknya janji dan harapan yang disampaikan pemimpin-pemimpin Indonesia yang tidak ditepati.

Ketiga: isu-isu utama yang berkembang dalam konflik adalah isu nilai (identiti, martabat, nasionalisme) yang tidak boleh dibahagikan. Selain itu banyaknya isu yang berkembang juga membuat konflik ini menjadi susah diselesaikan. Banyaknya isu ini selain konflik yang berlangsung lama juga merupakan kesan daripada kesalahan dalam menjalankan kaedah penamatan konflik. Contoh yang paling ketara ialah penggunaan kaedah ketenteraan baik pada masa DI/TII atau GAM yang mewujudkan isu pencabulan hak asasi manusia. Demikian juga kaedah memperbesar pembahagian hasil kekayaan kepada Aceh yang tidak disokong sistem pentadbiran yang bersih (clean governance) sehingga mewujudkan isu rasuah, dan sebagainya.

Keempat: struktur kekuasaan antara pihak yang berkonflik tidak seimbang (asymmetric). Pihak yang berkonflik secara fizikal ialah kerajaan Indonesia yang memiliki struktur negara yang lengkap dan GAM yang merupakan kumpulan gerila yang hanya memiliki beberapa ribu ahli saja.

Kelima: keterlibatan banyak pelaku dalam konflik dengan pelbagai ragam matlamat. Bukan hanya antara pihak-pihak utama yang berkonflik, namun perbedaan matlamat juga berlaku di dalaman pihak-pihak utama tersebut. Ini ditambah lagi dengan sikap para pelaku yang kukuh dengan matlamatnya masing-masing. Keadaan ini membuat usaha-usaha ke arah perdamaian yang digagas satu atau beberapa pelaku boleh gagal kerana ada usaha sabotase oleh pihak lain

KESIMPULAN

A. JURNAL 1

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal ini dilihat dari: Aktifitas kelompok dalam komunitas(main bola bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama, patungan, pulang dan pergi bersama), proses pengambilan keputusan kelompok (berdiskusi, solusi, pengambilan keputusan), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna, logo, atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul, mencari kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok, tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk dukungan, aktifitas ketika pertandingan, mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain, bernyanyi bersama, merayakan gol, merayakan kemenangan).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania adalah sebagai berikut: Latar belakang kelompok (jumlah anggota, teman nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola bareng, satu lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton bola), kebersamaan kelompok (proses menumbuhkan keterikatan, saling membantu, saling menolong).

B. JURNAL 2
Penyelidikan ini menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas yang dijalankan masyarakat sivil seperti advokasi, kempen, penyedaran akan nilai-nilai perdamaian, perlindungan terhadap mangsa konflik dan aktivitas kemanusiaan lainnya telah mengubah penyelesaian dalam konflik di Aceh sehingga lebih mudah diselesaikan. Berlakunya perubahan tersebut bukan hanya disebabkan peranan masyarakat sivil, tetapi juga peranan pihak-pihak lain, seperti masyarakat antarabangsa dan partai yang berkonflik sendiri. Peranan masyarakat sivil yang lebih besar berdasarkan penyelidikan ini adalah mengubah struktur konflik yang sebelumnya tidak seimbang (asymmetric) menjadi lebih seimbang. Konflik yang sebelumnya tersembunyi (latent) menjadi terbuka (manifest) sehingga lebih mudah diselesaikan. Peranan masyarakat sivil juga besar dalam perubahan isu konflik yang sebelumnya hanya berkenaan dengan pemisahan, kekerasan dan ketenteraan menjadi bercampur dengan isu-isu perdamaian, pendemokrasian dan kemanusiaan. Perubahan-perubahan ini menjadi penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian secara lebih luas.



DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, B. 2010. Kohesifitas Suporter Tim Sepak Bola PERSIJA. www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/.../Artikel_10504030.pdf. 23 Oktober 2010.

Lukman. 2007. Peranan Masyarakat Sivil Dalam Transformasi Konflik Di Aceh. http://eprints.usm.my/9332/1/PERANAN_MASYARAKAT_SIVIL_DALAM_TRANSFORMASI_KONFLIK.pdf. 22 Oktober 2010.

Jumat, 08 Oktober 2010

KELOMPOK REUNI 84

Pada awalnya kelompok ini terbuat dari situs jejaring social ( facebook), kemuadian dari facebook inilah para alumni SMP tersebut dapat berkumpul kembali satu per satu. Sering sekali mereka membuat acara kumpul-kumpul dengan mengenang masa-masa mereka sekolah dulu karena kelompok alumni ini adalah kelompok alumni tahun 1984. kelompok ini sangat kompak, dengan kekompakannya kelompok ini berhasil mengadakan reuni akbar sekolah mereka. Bayangkan yang hadir pada waktu itu adalah orang-orang dari berbagai generasi dan hebatnya juga guru-guru mereka dulu pun turut hadir dalam acara tersebut.
Setelah kesuksesan mereka mengadakan reuni akbar, mereka membuat suatu program dalam kelompok mereka yaitu program koperasi simpan pinjam. Menurut nara sumber, memang koperasi yang sedang di jalankan sekarang ini masih tertutup untuk umum, jadi masih terbatas pada orang-orang di kelompok mereka saja. Menurut nara sumber pun dengan adanya koperasi ini sangat membantu para anggota khususnya para anggota yang memang kurang mampu.
Jadi kelompok ini bisa dibilang unik, terbentuk dari situs jejaring social, beranggotakan tante-tante dan om-om karena alumni angkatan 1984, sering kumpu-kumpul buat senang-senang, tp mereka juga punya aktivitas social jg dari program koperasi yang mereka dirikan. Dan menurut mereka ini adalah wadah untuk mereka refresing yang menyenangkan.