Minggu, 31 Oktober 2010

jurnal kelompok

ANGGOTA KELOMPOK

AYUB MARTIEN NPM : 10508032
DIANNISA SHAVIRA NPM : 10508061
KANIA INDANINGRUM NPM : 10508116
RIDHO ANDIKA NPM : 10508197
RENNY NPM :

KELAS : 3 PA 06

PENDAHULUAN

A. Definisi Kelompok
Ada beberapa ahli yang mendefinisikan tentang kelompok, diantaranya :
a. Hornby, A.S (1973: 441) berpendapat bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang berkumpul atau ditempatkan secara bersama-sama atau secara alamiah berkumpul. (A number of persons or things gathered, or naturally associated).
b. Webster (1989: 425) ,mengatakan bahwa kelompok adalah sejumlah orang atau benda yang bergabung secara erat dan menganggap dirinya sebagai suatu kesatuan.
c. (Sherif: 1962), berpendapat Kelompok adalah unit sosial yang terdiri dari sejumlah individu yang mempunyai hubungan saling ketergantungan satu sama lain sesuai dengan status dan perannya secara tertulis atau tidak mereka telah mengadakan norma yang mengatur tingkah laku anggota kelompoknya.
d. slamet Santosa (1992: 8), “Kelompok adalah suatu unit yang terdapat beberapa individu yang mempunyai kemampuan untuk berbuat dengan kesatuannya dengan cara dan atas dasar kesatuan persepsi”.
e. Menurut Zaltman (1972: 75), bahwa Dinamika Kelompok adalah kekuatan-kekuatan yang berlangsung dalam kelompok, kekuatan tersebut bertujuan memberikan arah perilaku kelompok.

ISI PEMBAHASAN

A. JURNAL 1
Persija adalah sebuah klub sepak bola yang terletak di Jakarta. Persija berdiri pada tanggal 28 November 1928 dan memiliki julukan Macan Kemayoran. Keberadaan Persija dalam kancah Liga Indonesia dan bermain dalam Divisi Utama Liga Indonesia memberikan warna tersendiri, bukan hanya oleh permainannya yang menawan tetapi juga pada suporter pendukung yang menamai dirinya The Jakmania.

The Jakmania adalah kelompok suporter pendukung tim sepak bola Persija yang terbentuk karena suatu alasan, yaitu samasama mendukung tim sepak bola Persija dan berupaya untuk mengorganisir para suporter Persija. The Jakmania berdiri sejak Liga Indonesia IV, tepatnya 19 Desember 1997. Pada awalnya The Jakmania hanya terdiri dari 100 orang, dengan pengurus sebanyak 40 orang. Ketika dibentuk, dipilihlah figur yang dikenal di mata masyarakat. Gugun Gondrong merupakan sosok yang paling dikenal saat itu dan memimpin The Jakmania pada periode 1999-2000. Seiring dengan berjalannya waktu masa kepemimpinan Gugun Gondrong digantikan oleh Fery Indrasjarief yang memimpin selama 3 periode. Pada masa kepemimpinan Fery, The Jakmania berhasil mendapatkan anggota sebanyak 30.000 dari 50 Koordinator Wilayah.

Selain kegiatan mendukung Persija dalam pertandingan, anggota The Jakmania juga memiliki kegiatan kumpul bersama yang dilakukan setiap hari Selasa dan Jum’at, dimana dalam kegiatan tersebut baik pengurus ataupun anggota membahas perkembangan The Jakmania serta melaporkan laporan dari setiap bidang kepengurusan, tidak lupa kegiatan ini juga melakukan pendaftaran bagi anggota baru dalam rutinitas tersebut.

Dalam kelompok The Jakmania terdapat kelompok-kelompok seperti Jak On Air yaitu kelompok yang bekerja sama dengan Radio Utan Kayu yang setiap seminggu sekali mendatangkan pemain-pemain Persija, Jak Angel yaitu kelompok perempuan yang mendukung tim Persija, Jak Online yaitu kelompok yang mempunyai kegiatan untuk memberikan fasilitas informasi tentang Persija melalui jalur internet, Jak Scooter yaitu kelompok pengguna kendaraan vespa yang mendukung Persija, dan Jak Adventure adalah kelompok suporter yang mendukung persija saat bertanding di kandang lawan.

Kelompok-kelompok yang ada dalam The Jakmania tidak hanya terbatas dari yang tertulis di atas, banyak kelompok-kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok tersebut. Kelompok-kelompok kecil ini memiliki aktifitas seperti berangkat bersamasama dari suatu tempat menuju stadion tempat lokasi pertandingan Persija dan pulang bersama-sama menuju tempat asal. Kelompok The Jak Kukusan merupakan salah satu kelompok kecil yang tidak tercatat berdasarkan pembagian kelompok diatas.

Hal-hal tersebut diataslah yang melatarbelakangi peneliti mengangkat tema kohesifitas dalam kelompok untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, dikarenakan adanya pandangan masyarakat yang bertentangan mengenai suporter sepak bola. Masyarakat memandang kegiatan suporter sepak bola dapat memicu timbulnya agresifitas yang merugikan banyak pihak tanpa melihat adanya kohesifitas yang dapat membangun serta bersifat positif.

Mengacu pada antusiasme supporter sepak bola The Jakmania, peneliti tertarik pada kohesivitas yang terlihat serta ingin mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas pada The Jakmania. Kekompakan yang ditunjukkan dari sebelum pertandingan hingga akhir inilah yang menarik minat peneliti untuk mengkaji kelompok suporter ini.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif yang ditekankan pada penelitian studi kasus. Peneliti mengambil langkah ini karena melihat adanya sifat khusus dari kelompok yang akan diteliti, hal ini diperkuat dengan teori dari Yin (1994) menyimpulkan studi kasus sebagai suatu bentuk penelitian (inquiry) atau studi tentang suatu masalah yang memiliki sifat kekhususan (particulary), dapat dilakukan baik dengan pendekatan kualitatif maupun kuantitatif, dengan sasaran perorangan (individual) maupun kelompok, bahkan masyarakat luas.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tampak adanya kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal tersebut dapat dilihat dari:
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Menurut Suryabrata (2007) ciri-ciri kohesivitas kelompok dapat dilihat dari: setiap anggota kelompok mengenakan identitas yang sama, setiap anggota kelompok memiliki tujuan dan sasaran yang sama, setiap anggota kelompok merasakan keberhasilan dan kegagalan yang sama, setiap anggota kelompok saling berkerja sama dan berkolaborasi, setiap anggota kelompok memiliki peran ke anggotaan, kelompok mengambil keputusan secara efektif. Berdasarkan penelitian kohesivitas dalam kelompok tersebut seperti, aktifitas kelompok dalam komunitas (main bola bareng adalah salah satu kegiatan TheJak kukusan, berkumpul setiap hari), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama saat menonton pertandingan Persija secara langsung, patungan), proses pengambilan keputusan (berdiskusi untuk menentukan keputusan yang terbaik, setiap anggota mempunyai solusi), identitas kelompok (menggunakan atribut
Persija, baju, logo, shal), kohesivitas kelompok di luar lapangan (berkumpul diwarung ujung gang, dalam perjalanan kelompok menyanyikan yel-yel bersama), kohesivitas kelompok dilapangan (kelompok bergabung dengan The Jak yang lain, kelompok bernyanyi bersamasama, merayakan gol bersama, merayakan kemenangan bersama).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania.Menurut McDougall (dalam Sarwono, 2005) kohesivitas dalam kelompok dapat dipengaruhi oleh: kelangsungan keberadaan kelompok (berlanjut dalam waktu yang lama) dalam arti keanggotaan dan peran setiap anggota, adanya tradisi kebiasaan dan adat, ada organisasi dalam kelompok, kesadaran diri kelompok (setiap anggota tahu siapa saja yang termasuk dalam kelompok, bagaimana caranya ia berfungsi dalam kelompok,bagaimana struktur dalam kelompok, dan sebagainya), pengetahuan tentang kelompok, keterikatan (attachment) kepada kelompok.

Selain dapat melihat kohesivitas dalam kelompok tersebut, peneliti juga dapat melihat faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania. Pertama, latar belakang kelompok yaitu teman nongkrong (jarak rumah yang berdekatan menyebabkan anggota mudah bertemu), jumlah anggota (dengan anggota yang berjumlah 10 orang menyebabkan setiap individu dapat mengenal lebih dalam dengan anggota kelompok), tujuan yang sama (setiap anggota dalam kelompok memiliki keinginan yang sama yaitu ingin tim yang didukungnya menang).
Kedua, aktivitas dan kegiatan kelompok seperti main bola bareng (setiap anggota kelompok memiliki kegiatan sehari-hari bersama kelompok seperti main bola bareng dan aktivitas tersebut dapat meningkatkan kekompakkan), nonton bola bareng (kelompok memiliki kegiatan lain seperti nonton Liga Champion bersama anggota kelompok dan aktifitas tersebut dapat meningkatkan kekompakan, karena setiap anggota dapat saling bertemu). Ketiga kebersamaan kelompok seperti proses menumbuhkan keterikatan (pada saat berkumpul, anggota kelompok bercanda gurau dan tertawa bersama sehingga aktifitas ini dapat meningkatkan keterikatan antara anggota kelompok), saling membantu dan menolong (setiap anggota The Jak saling membantu jika ada yang kesusahan dan setiap anggota The Jak harus saling menolong, perilaku tersebut dapat meningkatkan kekompakkan dan kebersamaan setiap anggota).

Kegiatan-kegiatan seperti inilah yang menyebabkan adanya keterkaitan antara dua hal yaitu kohesivitas dalam kelompok tersebut dan faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania yang saling berkesinambungan.


B. JURNAL 2

Dalam konteks Aceh, masyarakat sivil (civil society) merupakan antara pelaku yang mempunyai peluang dan harus dilibatkan untuk membangunkan perdamaian berterusan ini. Selain memang berada dalam situasi konflik, masyarakat sivil lebih menyokong kaedah penyelesaian tanpa kekerasan, dan yang menjaga asas kebebasan individu dan hak asasi manusia. Alexis Tocqueville mengertikan masyarakat sivil sebagai pertubuhan-pertubuhan yang mempunyai matlamat yang berbeda-beda, eksklusif dan terpisah-pisah dan memiliki asas yang dikongsi bersama untuk bertindak secara bersama, iaitu kebebasan individu dan hak asasi manusia.

Penglibatan masyarakat sivil juga penting untuk mengingatkan bahawa apapun penyelesaian yang dijalankan untuk Aceh haruslah melalui proses dan menuju pembangunan struktur demokrasi. Hal ini adalah antara perkara untuk memastikan penyelesaian yang dibina mampu menjamin perdamaian berterusan. Dalam hal ini masyarakat sivil memang pelaku yang sangat sesuai kerana masyarakat sivil dijalankan atas prinsip-prinsip saling menghargai dan terbuka, dan menganut nilai-nilai sejagat. Kebiasaan yang dijalankan masyarakat sivil dalam mengambil keputusan atau mencapai matlamat politik yang dilakukan secara bersama merupakan perkara-perkara yang sangat penting dalam melahirkan nilai-nilai demokrasi.

Uraian-uraian ini membuat penyelidikan akan kesan dan peranan masyarakat sivil ini dalam membangun perdamaian dan transformasi konflik di Aceh merupakan suatu perkara yang menarik dan mustahak untuk dilakukan. Penyelidikan juga penting dilakukan untuk melihat peranan masyarakat sivil dalam membangun perdamaian setelah perubahan konteks konflik selepas bencana tsunami di Aceh.

Berdasarkan kepada penyataan masalah yang telah dikemukakan di atas, penyelidik tertarik untuk menganalisis secara komprehensif usaha-usaha yang telah dilakukan masyarakat sivil Aceh, terutamnya sebelum tsunami, dalam membangunkan perdamaian dan keberkesanannya dalam transformasi konflik di Aceh.

Untuk mencapai objektif kajian, penyelidik menggunakan pendekatan penyelidikan berbentuk kajian kes dengan konflik Aceh sebagai kes kajian. Kaedah yang digunakan di dalam penyelidikan ini pula di bahagikan kepada dua iaitu kajian perpustakaan dan kajian lapangan. Umumnya penyelidikan ini adalah bersifat teoritikal dan empirikal. Untuk itu kedua-dua data primer dan sekunder digunakan dalam tesis ini.

Data yang akan dikumpulkan di dalam kajian ini adalah berbentuk kualitatif. Diantara maklumat yang akan dikumpulkan adalah keadaan konflik Aceh, termasuk sejarah, punca, perkembangan, pelaku, isu, kesan yang ditimbulkan dan kaedah pengurusan konflik yang dijalankan. Maklumat lainnya adalah mengenai struktur masyarakat sivil Aceh, termasuk pelaku-pelaku utama, jaringan yang dipunyai dan perkembangan-perkembangan yang telah berlaku. Di samping itu maklumat yang akan dikumpulkan adalah berkenaan dengan usaha dan aktiviti masyarakat sivil Aceh dalam membangun perdamaian, bagaimana itu dijalankan dan apa cabaran yang mereka hadapi serta apa pengaruh cabaran dan aktiviti itu terhadap struktur dan kapasitas mereka.

Kalau kita kaji secara mendalam memang didapati bahawa konflik Aceh susah untuk diselesaikan, sehingga memerlukan ketelitian dalam merumuskan kaedah penyelesaian yang berkesan. Secara ringkas penyelidik ingin menghuraikan beberapa perkara yang membuat konflik Aceh susah untuk diselesaikan sebelum datangnya musibah tsunami,yaitu:
Pertama: punca konflik kerana kegagalan struktur negara dalam memuaskan struktur dan tradisi hidup sebuah komuniti, hal ini seperti yang dihuraikan dalam pendahuluan di atas.

Kedua: terjejasnya hubungan yang sangat lama dan terus menerus yang telah mewujudkan ketidakpercayaan dan stereotype antara satu pihak dengan pihak lain. Perasaan ini terutamanya ada pada pihak rakyat Aceh kerana banyaknya janji dan harapan yang disampaikan pemimpin-pemimpin Indonesia yang tidak ditepati.

Ketiga: isu-isu utama yang berkembang dalam konflik adalah isu nilai (identiti, martabat, nasionalisme) yang tidak boleh dibahagikan. Selain itu banyaknya isu yang berkembang juga membuat konflik ini menjadi susah diselesaikan. Banyaknya isu ini selain konflik yang berlangsung lama juga merupakan kesan daripada kesalahan dalam menjalankan kaedah penamatan konflik. Contoh yang paling ketara ialah penggunaan kaedah ketenteraan baik pada masa DI/TII atau GAM yang mewujudkan isu pencabulan hak asasi manusia. Demikian juga kaedah memperbesar pembahagian hasil kekayaan kepada Aceh yang tidak disokong sistem pentadbiran yang bersih (clean governance) sehingga mewujudkan isu rasuah, dan sebagainya.

Keempat: struktur kekuasaan antara pihak yang berkonflik tidak seimbang (asymmetric). Pihak yang berkonflik secara fizikal ialah kerajaan Indonesia yang memiliki struktur negara yang lengkap dan GAM yang merupakan kumpulan gerila yang hanya memiliki beberapa ribu ahli saja.

Kelima: keterlibatan banyak pelaku dalam konflik dengan pelbagai ragam matlamat. Bukan hanya antara pihak-pihak utama yang berkonflik, namun perbedaan matlamat juga berlaku di dalaman pihak-pihak utama tersebut. Ini ditambah lagi dengan sikap para pelaku yang kukuh dengan matlamatnya masing-masing. Keadaan ini membuat usaha-usaha ke arah perdamaian yang digagas satu atau beberapa pelaku boleh gagal kerana ada usaha sabotase oleh pihak lain

KESIMPULAN

A. JURNAL 1

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah :
1. Kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania, hal ini dilihat dari: Aktifitas kelompok dalam komunitas(main bola bareng, satu lingkungan, bakti sosial dan nonton bola bareng), aktifitas kelompok kecil (pulang pergi bersama, patungan, pulang dan pergi bersama), proses pengambilan keputusan kelompok (berdiskusi, solusi, pengambilan keputusan), identitas kelompok (warna, tulisan, logo-logo, warna, logo, atribut Persija), kohesivitas kelompok di luar lapangan (proses menumbuhkan keterikatan, aktifitas sebelum pertandingan, aktifitas setelah pertandingan, tempat berkumpul, mencari kendaraan, menaiki kendaraan, menyanyikan yel-yel, membeli air dan rokok, tegur sapa, menuju tempat parkir, perjalanan pulang, membahas pertandingan), kohesivitas kelompok di lapangan (bentuk dukungan, aktifitas ketika pertandingan, mencari Jak lain, bergabung dengan Jak lain, bernyanyi bersama, merayakan gol, merayakan kemenangan).

2. Faktor-faktor yang menyebabkan kohesivitas individu dalam kelompok kecil The Jakmania adalah sebagai berikut: Latar belakang kelompok (jumlah anggota, teman nongkrong, tujuan yang sama), aktifitas dan kegiatan kelompok (main bola bareng, satu lingkungan, main bola, bakti sosial, nonton bola), kebersamaan kelompok (proses menumbuhkan keterikatan, saling membantu, saling menolong).

B. JURNAL 2
Penyelidikan ini menjelaskan bahwa aktivitas-aktivitas yang dijalankan masyarakat sivil seperti advokasi, kempen, penyedaran akan nilai-nilai perdamaian, perlindungan terhadap mangsa konflik dan aktivitas kemanusiaan lainnya telah mengubah penyelesaian dalam konflik di Aceh sehingga lebih mudah diselesaikan. Berlakunya perubahan tersebut bukan hanya disebabkan peranan masyarakat sivil, tetapi juga peranan pihak-pihak lain, seperti masyarakat antarabangsa dan partai yang berkonflik sendiri. Peranan masyarakat sivil yang lebih besar berdasarkan penyelidikan ini adalah mengubah struktur konflik yang sebelumnya tidak seimbang (asymmetric) menjadi lebih seimbang. Konflik yang sebelumnya tersembunyi (latent) menjadi terbuka (manifest) sehingga lebih mudah diselesaikan. Peranan masyarakat sivil juga besar dalam perubahan isu konflik yang sebelumnya hanya berkenaan dengan pemisahan, kekerasan dan ketenteraan menjadi bercampur dengan isu-isu perdamaian, pendemokrasian dan kemanusiaan. Perubahan-perubahan ini menjadi penyelesaian konflik dan pembangunan perdamaian secara lebih luas.



DAFTAR PUSTAKA

Wicaksono, B. 2010. Kohesifitas Suporter Tim Sepak Bola PERSIJA. www.gunadarma.ac.id/library/articles/graduate/.../Artikel_10504030.pdf. 23 Oktober 2010.

Lukman. 2007. Peranan Masyarakat Sivil Dalam Transformasi Konflik Di Aceh. http://eprints.usm.my/9332/1/PERANAN_MASYARAKAT_SIVIL_DALAM_TRANSFORMASI_KONFLIK.pdf. 22 Oktober 2010.

Jumat, 08 Oktober 2010

KELOMPOK REUNI 84

Pada awalnya kelompok ini terbuat dari situs jejaring social ( facebook), kemuadian dari facebook inilah para alumni SMP tersebut dapat berkumpul kembali satu per satu. Sering sekali mereka membuat acara kumpul-kumpul dengan mengenang masa-masa mereka sekolah dulu karena kelompok alumni ini adalah kelompok alumni tahun 1984. kelompok ini sangat kompak, dengan kekompakannya kelompok ini berhasil mengadakan reuni akbar sekolah mereka. Bayangkan yang hadir pada waktu itu adalah orang-orang dari berbagai generasi dan hebatnya juga guru-guru mereka dulu pun turut hadir dalam acara tersebut.
Setelah kesuksesan mereka mengadakan reuni akbar, mereka membuat suatu program dalam kelompok mereka yaitu program koperasi simpan pinjam. Menurut nara sumber, memang koperasi yang sedang di jalankan sekarang ini masih tertutup untuk umum, jadi masih terbatas pada orang-orang di kelompok mereka saja. Menurut nara sumber pun dengan adanya koperasi ini sangat membantu para anggota khususnya para anggota yang memang kurang mampu.
Jadi kelompok ini bisa dibilang unik, terbentuk dari situs jejaring social, beranggotakan tante-tante dan om-om karena alumni angkatan 1984, sering kumpu-kumpul buat senang-senang, tp mereka juga punya aktivitas social jg dari program koperasi yang mereka dirikan. Dan menurut mereka ini adalah wadah untuk mereka refresing yang menyenangkan.

Sabtu, 05 Juni 2010

KHASIAT LOBAK PUTIH

LOBAK PUTIH
Sayur ini bentuknya cantik seperti wortel, tetapi lebih gemuk karena banyak mengandung air dan berwarna putih.
Khasiat lobak putih
Lobak adalah tanaman sayur berkhasiat obat. Pada umumnya, tanaman sayur dapat di gunakan untuk mengatasi insomnia atau sulit tidur. Begitu pula lobak, dapat digunakan untuk mengatasi sulit tidur . selain ainti insomnia , lobak putih juga bersifat hipnotis dan saporifis.selain untuk mengatasi insomnia, lobak putih juga berkhasiat untuk mengobati tenggorokan serak dan demam.

PENYEBAB BAU KAKI

KAOS KAKI BAU !!!!
Memang paling sebal jika kaki dan kaos kaki berbau. Ternyata itu semua ada penyebabnya. Bau pada kaki dan kaos kaki disebabkan oleh bakteri. Bakteri adalah makhluk hidup bersel satu yang tidak terlihat mata. Bakteri hanya bisa dilihat dengan mikroskop.
Sebagai makhluk hidup, bekteri juga memerlukan makanan seperti kita. Makanan bekteri dari zat-zat organic yang ada di kaki atau kaos kaki. Zat organic yang ditemukan dikaki dan kaos kaki itu berupa keringat.
Keringat sebenarnya adalah lemak. Saat makan bakteri menghasilkan gas karbondioksida dan sulfur. Gas karbondioksida dan sulfur inilah yang menyebabkan bau.
Jadi, supaya kaki dan kaos kaki tidak bau kita harus sering membersihkan kaki dan kaos kaki. Cuci kaki dengan sabun setiap hari minimal dua kali sehari. Sikat kuku kaki dengan sabun dua kali seminggu. Dan cuci kaos kaki tiap hari. Maka di jamin kaki dan kaos kaki tidak akan berbau.

MUSCARIA

MUSCARIA SI MERAH BINTIK PUTIH
“nama lengkapku adalah amanita muscaria. Warnaku merah dengan bintik putih. Bintik putih itu membuatku tambah indah. Sayangnya, jika hujan besar datang, bintik-bintik putih itu bisa tersapu. Aku jadi sukar di bedakan dengan jamur amanita lain, termasuk caesarea !
Aku mengandung racun muscarine yang bisa menimbulkan gejala banyak mengeluarkan air mata dan ludah, berkeringat,, pupil mata menyempit, muntah, kejang perut, diare, rasa bingung, dan kejang-kejang. Tidak mengakibatkan kematian.
Ada juga orang yang tahan memakanku. Tentu saja, harus mengikuti petunjuk yang benar untuuk mengolahku jadi makanan.. untuk lebih aman, lebih baik aku dilihat saja !
Jika kalian ingin menjumpaiku, mudah. Lihat saja aku di bawah pohon birch atau pohon pinus. Apalagi jika saat itu musim gugur dan mempunyai empat musim.

CAESAREA

CAESAREA SI JINGGA RUPAWAN
“aku lebih di kenal sebagai jamur Caesar. Aku berbentuk seperti paying. Warna tudungku jingga kemerahan. Warna dan bentukku banyak di puji orang. Saking gemasnya, mereka sering ingin mencabut dan memakanku. Tetapi, hati-hati ! orang sering mengira aku satu-satunya jamur amanita yang berwarna jingga kemerahan. Padahal masih banyak saudara-saudaraku yang berwarna mirip aku. Dan, banyak di antara mereka yang beracun.
Aku banyak tumbuh di selatan eropa dan efrika utara. Biasanya, aku tumbuh di pohon ek pada awal musim panas sampai pertengahan musim gugur.”

perlukah berbohong ?

APA ITU KEBOHONGAN ?

Berbohong adalah sesuatu yang dilarang tentunya oleh semua agama dan di anggap sebagai perbuatan tidak baik oleh semua orang. Ada yang bilang berbohong demi kebaikan itu di benarkan, karena alasan melakukan kebohongan tersebut adalah untuk kebaikan. Misalnya ada seorang anak yang ditanya oleh ibunya “apakah kamu suka dengan masakan yang ibu buat untuk kamu dek ?” lalu anak menjawab “suka bu,walaupun ibu baru belajar memasak tapi masakan ibu sudah terasa enak”. Anak tersebut berbohong kapada ibunya, anak tersebut merasa masakan ibunya itu kurang begitu enak karena ibunya baru belajar memasak tetapi demi menjaga perasaan sang ibu yang sudah capek-capek berusaha belajar memasak agar bisa menyenangkan anaknya dengan masakan buatannya sendiri maka anak tersebut akhirnya melakukan suatu kebohongan. Apakah hal yang demikian yang sering di bilang banyak orang barbohong demi kebaikan.
Menurut saya,berbohong itu tetap sesuatu yang salah. Tetapi bagi saya seseorang yang melakukan kebohongan pasti mempunyai sebab atau alasan mengapa melakukan kebohongan. Dan alasan atau sebab itu lah yang saya lihat dan berusaha saya mengerti. Tidak munafik saya pun sering melakukan kebohongan tapi bukan berati berbohong itu menjadi sesuatu yang selalu sering saya lakukan. Banyak terjadi permasalahan yang berasal dari suatu kebohongan. Hubungan persahabatan hancur, hubungan dengan pacar berakhir, atau hubungan keluarga yang tidak harmonis dan semua akibat kebohongan. Terlalu egois menurut saya jika hal tersebut terjadi. Lagi-lagi kita hatus berfikir bahwa setiap ada akibat pasti ada sebab, setiap ada kebohongan pasti ada alas annya juga.
Yang menjadi pertanyaan saya adalah apakah memang benar suatu kebohongan terjadi dengan alasan untuk atau demi kebaikan itu di benarkan dan mengapa kebohongan itu harus ada ?
Semua yang saya uraikan di atas merupakan pendapat saya sendiri tentang alasan mengapa kebohongan itu ada. Dan saya tetap berpendapat sama bahwa berbohong itu salah dan sekali berbohong akan mengakibatkan kebohongan yang lain di lain waktu atau mungkin bisa pada waktu yang sama juga.

bahaya kanker serviks

APAKAH KANKER SERVIKS ITU ?

Serviks adalah bagian paling bawah dari rahim perempuan.sebagian besar rahim uterus berada dalam pelviks (tulang panggul),sementara serviks berada di dekat vagina dan biasanya disebut juga leher rahim.
APA ITU KANKER SERVIKS ?
Kanker serviks itu adalah keadaan dimana sel yang terdapat di serviks berubah menuju pertumbuhan yang abnormal dan bersifat mengganggu jaringan atau organ tubuh
kita yang lain.

APA YANG MENYEBABKAN KEABNORMALAN TERJADI ?

Mutasi sel biasanya disebabkan oleh infeksi human papilloma virus (HPV), hubungan seks yang terjadi terlalu dini , aktif secara seksual dengan partner yang berbeda-beda dan menggunakan alat kontrasepsi oral atau birth control pills lebih dari 5 tahun. Faktor lainnya adalah kebiasaan merokok, dimana bahan kimia rokok berinteraksi dengan sel-sel serviks sehingga menyebabkan pra-kanker yang berkembang menjadi kanker.

APA SAJA GEJALA YANG MUNCUL JIKA KITA TERINFEKSI KANKER SERVIKS ?

Sama seperti kanker lainnya , tidak ada tanda-tanda yang terlihat sampai sudah mencapai stadium berbahaya. Tanda-tanda yang paling umum adalah terjadinya pendarahan pada vaginadi luar siklus menstruasi kita, perut bawah atau pinggul terasa nyeri, benjolan di vagina yang menyebabkan nyeri setiap buang air kecil. Untuk beberapa kasus, virus HPV menyebabkan kutil-kutil tumbuh di area kelamin.

BAGAIMANA CARA MENGETAHUINYA ?

Mulai melakukan pap smear dengan ginekolog di rumah sakit jika aktif secara seksual atau ketika mulai mensruasi. Pap smear berguna mendeteksi kelainan apapun dalam vagina. Semakin cepat mengetahui , semakin cepat mengobati. Operasi atau kemoterapi merupakan beberapa cara penanganan kanker serviks , namun jika kanker sudah menyebar dan masuk dalam tahap akut, dapat menyebabkan kematian.

PENCEGAHANNYA

Harus rutin mengecek kesehatan vagina ke ginekolog. Berhenti merokok, menganut pola pasangan tunggal, menggunakan kondom, dan mendapatkan vaksinasi HPV di rumah sakit. Vaksinasi ini paling baik di lakukan sebelum usia mencapai 26 tahun, dan 3 kali di suntikan pada lengan , dengan jarak waktu 0-6 bulan. Yang tidak boleh di lupakan saat melakukan pap smer adalah berkata jujur pada ginekolog yang bertugas untuk menghindari penyakit yang tidak diinginkan.

Kamis, 03 Juni 2010

gangguan komunikasi-reseptif ekspresif

Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter.2 Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 – 10% pada anak sekolah. Motorik kasar, motorik halus dan kognisi berkembang menurut tingkat usia anak, serta pemerolehan bahasa juga melalui proses perkembangan sesuai usia mulai dari bahasa pertama, usia pra sekolah dan usia sekolah di mana bahasa berperan sangat penting dalam pencapaian akademik anak.
Kesulitan mendiagnosis
Seperti pada gangguan perkembangan lainnya, kesulitan utama dalam diagnosis adalah membedakannya dari variasi perkembangan yang normal. Anak normal mempunyai variasi besar pada usia saat mereka belajar berbicara dan terampil berbahasa. Keterlambatanberbahasa sering diikuti kesulitan dalam membaca dan mengeja, kelainan dalam hubungan interpersonal, serta gangguan emosional dan perilaku.
Untuk menegakkan diagnosis, harus dilakukan pengujian terhadap intelektual nonverbal anak. Pengamatan pola bahasa verbal dan isyarat anak dalam berbagai situasi dan selama interaksi dengan anak-anak lain membantu memastikan
keparahan, bidang spesifik anak yang terganggu, dan membantu dalam deteksi dini komplikasi perilaku dan emosional.

gangguan komunikasi-reseptif

Bahasa adalah bentuk aturan atau sistem lambang yang digunakan anak dalam berkomunikasi dan beradaptasi dengan lingkungannya yang dilakukan untuk bertukar gagasan, pikiran dan emosi. Bahasa bisa diekspresikan melalui bicara mengacu pada simbol verbal. Selain itu bahasa dapat juga diekspresikan melalui tulisan, tanda gestural dan musik. Bahasa juga dapat mencakup aspek komunikasi nonverbal seperti gestikulasi, gestural atau pantomim. Gestikulasi adalah ekspresi gerakan tangan dan lengan untuk menekankan makna wicara. Pantomim adalah sebuah cara komunikasi yang mengubah komunikasi verbal dengan aksi yang mencakup beberapa gestural (ekspresi gerakan yang menggunakan setiap bagian tubuh) dengan makna yang berbeda beda.
Gangguan bicara dan bahasa adalah salah satu penyebab gangguan perkembangan yang paling sering ditemukan pada anak. Keterlambatan bicara adalah keluhan utama yang sering dicemaskan dan dikeluhkan orang tua kepada dokter. Gangguan ini semakin hari tampak semakin meningkat pesat. Beberapa laporan menyebutkan angka kejadian gangguan bicara dan bahasa berkisar 5 - 10% pada anak sekolah.
Penyebab keterlambatan bicara sangat luas dan banyak, Gangguan tersebut ada yang ringan sampai yang berat, mulai dari yang bisa membaik hingga yang sulit untuk membaik. Keterlambatan bicara fungsional merupakan penyebab yang sering dialami oleh sebagian anak. Keterlambatan bicara golongan ini biasanya ringan dan hanya merupakan ketidakmatangan fungsi bicara pada anak. Pada usia tertentu terutama setelah usia 2 tahun akan membaik. Bila keterlambatan bicara tersebut bukan karena proses fungsional maka gangguan tersebut haruis lebih diwaspadai karena bukan sesuatu yang ringan.
Semakin dini mendeteksi keterlambatan bicara, maka semakin baik kemungkinan pemulihan gangguan tersebut. Bila keterlambatan bicara tersebut nonfungsional maka harus cepat dilakukan stimulasi dan intervensi dapat dilakukan pada anak tersebut. Deteksi dini keterlambatan bicara harus dilakukan oleh semua individu yang terlibat dalam penanganan anak ini. Kegiatan deteksi dini ini melibatkan orang tua, keluarga, dokter kandungan yang merawat sejak kehamilan dan dokter anak yang merawat anak tersebut. Sehingga dalam deteksi dini tersebut harus bisa mengenali apakah keterlambatan bicara anak kita merupakan sesuatu yang fungsional atau yang nonfungsional.

Penyebab Keterlambatan Bicara

Penyebab gangguan bicara dan bahasa sangat banyak dan luas, semua gangguan mulai dari proses pendengaran, penerus impuls ke otak, otak, otot atau organ pembuat suara. Adapun beberapa penyebab gangguan atau keterlambatan bicara adalah gangguan pendengaran, kelainan organ bicara, retardasi mental, kelainan genetik atau kromosom, autis, mutism selektif, keterlambatan fungsional, afasia reseptif dan deprivasi lingkungan. Deprivasi lingkungan terdiri dari lingkungan sepi, status ekonomi sosial, tehnik pengajaran salah, sikap orangtua. Gangguan bicara pada anak dapat disebabkan karena kelainan organik yang mengganggu beberapa sistem tubuh seperti otak, pendengaran dan fungsi motorik lainnya.
Beberapa penelitian menunjukkan penyebab ganguan bicara adalah adanya gangguan hemisfer dominan. Penyimpangan ini biasanya merujuk ke otak kiri. Beberapa anak juga ditemukan penyimpangan belahan otak kanan, korpus kalosum dan lintasan pendengaran yang saling berhubungan. Hal lain dapat juga di sebabkan karena diluar organ tubuh seperti lingkungan yang kurang mendapatkan stimulasi yang cukup atau pemakaian 2 bahasa. Bila penyebabnya karena lingkungan biasanya keterlambatan yang terjadi tidak terlalu berat.
Terdapat 3 penyebab keterlambatan bicara terbanyak diantaranya adalah retardasi mental, gangguan pendengaran dan keterlambatan maturasi. Keterlambatan maturasi ini sering juga disebut keterlambatan bicara fungsional.

Gangguan komunikasi-fonologi

Fonologi adalah subdisiplin ilmu linguistik yang mempelajari bunyi bahasa secara umum, baik bunyi bahasa yang memperdulikan arti (fonetik) maupun tidak (fonemik). Setiap penutur mempunyai kesadaran fonologis terhadap bunyi – bunyi dalam bahasanya. Penutur Bahasa Indonesia melafalkan secara tidak sama bunyi [r] dalam kata krupuk dan gratis. [r] pada kata pertama tak bersuara sedangkan pada kata kedua bersuara.
Fonologi adalah gangguan yang di alami seorang anak pada pengucapan kata-kata.hal tersebut belum diketahui pasti penyebabnya apa. Hanya saja fonologi dapat di lihat dari tanda-tandanya, seperti anak sulit mengucakan kata-kata secara tepat dengan ejaannya.
Penanganan dalam kasus fonologi sebaiknya di lakukan sejak dini. Jangan biarkan anak mengucapkan kata-kata yang tidak sesuai dengan ejaan yang benar, bantulah anak dalam belajar bicara sesuai dengan kemampuannya seperti dengan menggunakan kata-kata yang mudah di ucapkan.

Gangguan komunikasi-gagap

Gagap adalah suatu gangguan bicara di mana aliran bicara terganggu tanpa disadari oleh pengulangan dan pemanjangan suara, suku kata, atau frasa serta jeda atau hambatan tak disadari yang mengakibatkan gagalnya produksi suara. Umumnya, gagap bukan disebabkan oleh proses fisik produksi suara atau proses penerjemahan pikiran menjadi kata. Gagap juga tak berhubungan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Di luar kegagapannya, orang yang gagap umumnya normal.
Gangguan ini juga bersifat variabel, yang berarti bahwa pada situasi tertentu, seperti berbicara melalui telpon, tingkat kegagapan dapat meningkat atau menurun. Walaupun penyebab utama gagap tidak diketahui, faktor gen dan neurofisiologi diduga berperan atas timbulnya gangguan ini. Banyak teknik terapi bicara yang dapat meningkatkan kefasihan bicara pada beberapa orang.
Penyebab gagap
Selama ini penderita gagap sering dikaitkan dengan keadaan gugup, tegang atau gelisah padahal gejala itu sebenarnya sudah ditentukan sejak lahir. Peneliti berhasil memecahkan misteri penyebab penyakit gagap yang ternyata merupakan penyakit turunan.
Tiga gen yang menyebabkan seseorang berbicara gagap berhasil ditemukan peneliti. Temuan itu memungkinkan pengembangan obat baru yang bisa mematikan gen tersebut. Sekitar satu persen dari populasi dunia diketahui mengalami gagap dalam hidupnya.
Studi yang dipimpin peneliti Amerika dari the National Institute on Deafness and Other Communication Disorders (NIDCD) menemukan tiga gen tersebut dari penderita gagap di Pakistan, Amerika dan Inggris.
Selama beratus-ratus tahun, penyebab gagap telah menjadi misteri di kalangan peneliti dan pakar kesehatan. Tapi dengan adanya penemuan gen ini peneliti yakin bisa menyembuhkan penderita gagap dengan lebih baik.
“Ini adalah pertama kalinya gen penyebab gagap ditemukan. Dengan adanya temuan gen ini, tiga juta orang Amerika yang menderita gagap bisa disembuhkan,” kata Dr James Battey, direktur the NIDCD seperti dilansir Telegraph, Jumat (12/2/2010)..
Gen tersebut juga berhubungan dengan beberapa penyakit metabolik, tapi kini peneliti sudah tahu cara menonaktifkan gen tersebut. Sebuah teknik yang bisa mematikan aktivitas tiga gen tersebut sebentar lagi akan hadir dan penderita gagap bisa disembuhkan tanpa perlu melakukan terapi yang kurang efektif.
Penanganan
Terapi yang dilakukan penderita gagap umumnya difokuskan untuk menghilangkan perasaan gelisah, mengatur pernafasan dan meningkatkan kecepatan berbicara menggunakan alat elektronik khusus.
Salah satu teknik terbaru dalam penyembuhan ini adalah dengan pijat syaraf bicara di sekitar wajah, mulut dan leher seseorang yang gagap. Seseorang yang gagap mempunyai kecenderungan untuk tidak berbicara dalam kesehariannya. Hal ini menyebabkan otot dan syaraf bicaranya menjadi kaku, sehingga mulut menjadi lebih sulit digerakkan.
Setelah otot dan syaraf gagap lentur karena dipijat, barulah sang gagaap ini diberikan terapi bicara sesuai dengan usianya. Tentu saja terapi bicara bagi anak, berbeda dengan terapi bicara anak-anak. Bagi seseorang yang menderita gagap karena genetika, disarankan untuk selalu memijat syaraf ini setiap hari.
Sistem yang banyak dipakai terapis wicara untuk anak kecil yang gagap adalah program pelancaran bicara (fluency-shaping program). Dalam program ini, fokusnya adalah meningkatkan produksi kata-kata lancar pada anak. Ini dilakukan dengan membuat anak bicara satu suku kata atau kata dengan lambat dan rileks. Jumlah kata-kata ini kemudian pelan-pelan ditingkatkan sampai anak bisa bicara satu kalimat. Proses ini bisa berlangsung mulai dari beberapa minggu hingga 6 bulan atau lebih. Adalah lebih baik jika orang tua bisa mengikuti sesi terapi sehingga mereka bisa belajar menggunakan pendekatan yang sama di rumah.

Sabtu, 29 Mei 2010

Gangguan Eliminasi

ENCOPRESIS
Encopresis umumnya disebabkan oleh sembelit, dengan menahan refleksif dari bangku, oleh gangguan fisiologis, psikologis, atau berbagai neurologis, atau dari pembedahan (kejadian agak jarang).
Usus besar yang biasanya menghilangkan kelebihan air dari kotoran. Jika kotoran atau tinja tetap berada di usus terlalu lama karena pemotongan AC atau sembelit ringan, air begitu banyak yang dihapus bahwa tinja menjadi keras, dan menjadi menyakitkan bagi anak untuk mengusir dalam buang air besar biasa. Sebuah lingkaran setan dapat mengembangkan, di mana anak dapat menghindari bergerak / nya nya perut untuk menghindari "diharapkan" episode toilet menyakitkan. Siklus ini dapat mengakibatkan begitu dalam ruangan respon memegang bahwa rektal Anal Hambat Respon (RAIR) atau hasil anismus. RAIR telah terbukti terjadi bahkan di bawah anestesi dan kontrol sukarela hilang. Bangku mengeras terus membangun dan peregangan usus besar atau rektum ke titik di mana sensasi normal yang terkait dengan gerakan usus yang akan datang tidak terjadi. Akhirnya, kebocoran bangku lembut di sekitar penyumbatan dan tidak dapat ditahan oleh anus, sehingga kekotoran. Anak biasanya tidak memiliki kontrol atas ini kecelakaan kebocoran, dan tidak mungkin dapat merasa bahwa mereka telah terjadi atau akan terjadi karena hilangnya sensasi di dubur dan RAIR tersebut. reaksi emosional yang kuat biasanya hasil dari gagal dan mencoba mengulangi untuk mengendalikan tubuh produk ini sangat menyenangkan. Reaksi ini kemudian pada gilirannya dapat mempersulit perawatan konvensional menggunakan pelunak tinja, tuntutan duduk, dan strategi perilaku.
Permulaan encopresis paling sering jinak. Permulaan biasa dikaitkan dengan pelatihan toilet, menuntut agar anak duduk untuk jangka waktu yang lama, dan intens reaksi negatif orangtua untuk tinja. Awal sekolah atau prasekolah merupakan pemicu lingkungan utama dengan kamar mandi bersama. Bermusuhan orangtua, saudara, bergerak, dan perceraian juga dapat menghambat perilaku toilet dan mempromosikan sembelit. Sebuah "awal" mungkin menyebabkan menjadi kurang relevan sebagai "mempertahankan" menyebabkan mengambil alih. pelecehan seksual dapat menjadi penyebabnya, tapi klaim tersebut harus independen diperkuat oleh faktor lain daripada encopresis sendiri.

Diagnosis
(DSM-IV) psikiatris kriteria diagnostik untuk encopresis adalah:
1.Pengulangan bagian dari kotoran ke tempat yang tidak patut (misalnya, pakaian atau lantai) apakah sukarela atau tidak disengaja
2.Setidaknya satu peristiwa selama 3 bulan
3. Kronologis usia minimal 4 tahun (atau setara dengan tingkat perkembangan)
4. Perilaku tersebut tidak semata-mata karena efek fisiologis dari suatu zat (misalnya, obat pencahar) atau kondisi medis umum, kecuali melalui mekanisme yang melibatkan sembelit.
DSM-IV mengenali dua subtipe dengan sembelit dan inkontinensia overflow, dan tanpa sembelit dan inkontinensia overflow. Dalam subtipe dengan sembelit, kotoran biasanya buruk terbentuk dan kebocoran kontinue, dan terjadi baik pada saat tidur dan jam bangun. Dalam tipe tanpa sembelit, kotoran biasanya well-formed, kekotoran adalah intermiten, dan kotoran biasanya disimpan di lokasi yang menonjol. Formulir ini dapat berhubungan dengan gangguan pemberontak oposisi atau melakukan gangguan, atau mungkin merupakan akibat dari insersi dubur besar, atau lebih mungkin karena encopresis kronis yang secara radikal peka usus besar dan anus.

Penanganan tradisional
Banyak dokter anak akan merekomendasikan pendekatan tiga cabang berikut untuk pengobatan sembelit encopresis terkait dengan: 1. membersihkan 2. menggunakan agen pelunakan bangku 3. dijadwalkan kali duduk, biasanya setelah makan.

Bersih awal-out dicapai dengan enema, obat pencahar, atau keduanya. Pendekatan dominan hari ini adalah "top down" penggunaan pelunak tinja lisan seperti Miralax, lactulose, minyak mineral, dll Setelah itu, enema dan obat pencahar digunakan setiap hari untuk menjaga bangku lembut dan memungkinkan usus menggeliat untuk kembali ke ukuran normal .

Anak harus diajarkan untuk menggunakan toilet secara teratur untuk melatih / nya tubuhnya. Hal ini biasanya dianjurkan bahwa seorang anak diminta untuk duduk di toilet pada waktu yang teratur setiap hari dan 'mencoba' untuk pergi selama 10-15 menit, biasanya segera (atau segera) setelah makan. Anak-anak lebih mungkin untuk dapat mengusir hak buang air besar setelah makan. Hal ini berpikir bahwa membuat jadwal waktu mandi teratur akan memungkinkan anak untuk mencapai pola eliminasi yang tepat. Mengulangi keberhasilan void di toilet sendiri membantu untuk menjadi stimulus releasor untuk AB sukses.
Atau, jika metode ini gagal selama enam bulan atau lebih, pendekatan yang lebih agresif dapat dilakukan dengan menggunakan dasar "atas" pendekatan supositoria dan enema secara hati-hati diprogram untuk mengatasi memegang respon refleksif dan memungkinkan refleks void yang tepat untuk mengambil atas. Kegagalan untuk membentuk suatu kebiasaan buang air besar normal dapat menyebabkan peregangan permanen dari usus besar. Tentu saja, sehingga masalah ini terus selama bertahun-tahun dengan jaminan konstan bahwa anak "akan tumbuh dari itu" harus dihindari.

Perubahan diet adalah elemen manajemen penting. Fitur perubahan diet dalam kasus sembelit yang disebabkan encopresis meliputi: 1. pengurangan asupan sembelit makanan seperti susu, kacang tanah, wortel dimasak, dan pisang; 2. peningkatan makanan tinggi serat seperti dedak, produk gandum, buah-buahan, dan sayuran, 3. tinggi asupan air dan cairan, seperti jus, meskipun peningkatan risiko diabetes dan / atau kerusakan gigi telah dikaitkan dengan kelebihan asupan jus manis; 4. membatasi minuman dengan kafein, seperti minuman cola dan teh; 5. menyediakan makanan seimbang dan makanan ringan, dan membatasi makanan cepat junk food / yang tinggi lemak dan gula; 6. seluruh batas sampai 16 ons susu sehari untuk anak lebih dari 2 tahun, namun tidak sepenuhnya menghilangkan susu karena anak-anak membutuhkan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan kekuatan.

Konsekuensi emosional berurusan dengan produk limbah permusuhan seringkali sangat intens dan mengakibatkan banyak kemarahan dan saling tuduh di dalam unit keluarga. Bahkan ada surat kabar berkala rekening orang tua marah menyiksa dan bahkan membunuh anak-anak. komplikasi emosional yang paling sering merupakan produk dari kekacauan itu sendiri bukan kausal di alam. Profesional membantu harus diusahakan jika efek-efek emosional menghalangi pengobatan yang efektif.



Enuresis
Nocturnal enuresis, biasa disebut mengompol, adalah istilah medis untuk buang air kecil tanpa sadar saat tidur setelah usia yang mengendalikan kandung kemih biasanya terjadi. Nocturnal enuresis dianggap primer (PNE) ketika anak belum memiliki berkepanjangan menjadi kering. enuresis nokturnal sekunder (ESN) adalah ketika seorang anak atau orang dewasa mulai membasahi lagi setelah tinggal kering.
Mengompol merupakan keluhan anak urologic paling umum dan salah satu masalah anak-kesehatan yang paling umum mengompol namun, sebagian besar hanyalah sebuah gangguan perkembangan - bukan masalah emosional atau penyakit fisik. Hanya sebagian kecil (5% sampai 10%) dari kasus mengompol disebabkan oleh situasi medis tertentu. Mengompol sering dikaitkan dengan sejarah keluarga kondisi. Kebanyakan perempuan bisa tetap kering dengan usia enam tahun dan anak laki-laki yang paling tetap kering pada usia tujuh. Dengan sepuluh tahun, 95% anak-anak telah kering di malam hari. Studi dewasa di tempat mengompol tingkat antara 0,5% menjadi 2,3%.
Perawatan berkisar dari pilihan perilaku berbasis seperti mengompol alarm, untuk pengobatan seperti penggantian hormon, dan bahkan operasi seperti pembesaran uretra. Sejak mengompol paling hanyalah sebuah gangguan perkembangan, rencana perawatan yang paling bertujuan untuk melindungi atau meningkatkan harga diri. Mengompol anak-anak dan orang dewasa dapat mengalami stres emosional atau cedera psikologis jika mereka merasa malu dengan kondisi tersebut. Pedoman Perawatan merekomendasikan bahwa dokter nasihat orang tua, peringatan tentang kerusakan yang disebabkan oleh tekanan psikologis, mempermalukan, atau hukuman atas kondisi anak-anak tidak dapat mengendalikan.

fobia sekolah

a.Apakah fobia sekolah itu ?
Kata “fobia” dapat di artikan sebagai gangguan ketakutan yang tidak rasional atau irrational fear dari obyek-obyek atau situasi-situasi yang tidak berbahaya. Dan fobia di definisikan juga sebagai ketakutan yang tidak masuk akal.
Fobia sekolah adalah di mana adanya rasa kecemasan yang tinggi yang di rasakan seorang anak ketika saat ia akan ke sekolah. Rasa kecemasan itu dapat ia tunjukan dengan berbagai macam alasan yang dapat menghindarkan ia dari situasi keberangkatan ia ke sekolah hingga aktivitas nya di sekolah. Hal tersebut dapat terjadi karena ia mendapatkan suasana sekolah yang baru atau pengalaman-pengalaman yang tidak menyenangkan terhadap guru,teman,dan lingkungan sekolahnya.
b.Tingkatan dan Jenis Penolakan Terhadap Sekolah
Para ahli menunjuk adanaya beberapa school refusal, mulai dari yang ringan hingga yang berat(fobia), antara lain :
1.Initial school refusal behavior
Adalah sikap menolak sekolah yang berlangsung dalam waktu yang sangat singkat (seketika/tiba-tiba) yang dapat berakhir dengan sendirinya tanpa harus ada penanganan.
2.Substantial school refusal behavior
Adalah sikap penolakan yang berlangsung selama minimal 2 minggu.

3.Acute school refusal behavior
Adalah sikap penolakan yang bisa berlangsung 2 minggu hingga 1 tahun, dan selama itu anak mengalami masalah setiap kali hendak berangkat sekolah
4. Chronic school refusal behavior
Adalah sikap penolakan yang berlangsung lebih dari setahun, bahkan selama anak tersebut bersekolah di tempat itu.

c.Tanda-tanda fobia sekolah
•Menolak untuk berangkat sekolah dengan berbagai macam alasan yang tidak masuk akal.
•Ia mau berangkat sekolah tetapi dalam waktu yang tidak lama ia meminta untuk pulang.
•Saat sampai di sekolah ia tidak mau di tinggal oleh yang mengantarnya (orang tua,pengasuh,supir) atau ia menunjukan perilaku tidak baik terhadapgueru dan teman-temannya.
•Memasang muka melas agar di kasihani guru nya kemudia di ijinkan untuk pulang. Hal ini berlangsung dalam waktu tertentu.
•Melontarkan keluhan fisik agar di ijinkan untuk tinggal di rumah.
•Senang berdiam diri di kamar atau kurang mau bergaul.

d.Faktor penyebab fobia sekolah
•Separation anxiety
Separation anxiety pada umumnya dialami anak-anak kecil usia balita (18 – 24 bulan). Kecemasan itu sebenarnya adalah fenomena yang normal. Anak yang lebih besar pun (preschooler, TK hingga awal SD) tidak luput dari separation anxiety. Bagi mereka, sekolah berarti pergi dari rumah untuk jangka waktu yang cukup lama. Mereka tidak hanya akan merasa rindu terhadap orangtua, rumah, atau pun mainannya – tapi mereka pun cemas menghadapi tantangan, pengalaman baru dan tekanan-tekanan yang dijumpai di luar rumah.

•Pengalaman negative di sekolah atau lingkungan
Mungkin saja anak menolak ke sekolah karena dirinya kesal, takut dan malu setelah mendapat cemoohan, ejekan atau pun di”ganggu” teman-temannya di sekolah. Atau anak merasa malu karena tidak cantik, tidak kaya, gendut, kurus, hitam, atau takut gagal dan mendapat nilai buruk di sekolah.
Di samping itu, persepsi terhadap keberadaan guru yang galak, pilih kasih, atau “seram” membuat anak jadi takut dan cemas menghadapi guru dan mata pelajarannya. Atau, ada hal lain yang membuatnya cemas, seperti mobil jemputan yang tidak nyaman karena ngebut, perjalanan yang panjang dan melelahkan, takut pergi sendiri ke sekolah, takut sekolah setelah mendengar cerita seram di sekolah, takut menyeberang jalan, takut bertemu seseorang yang “menyeramkan” di perjalanan, takut diperas oleh kawanan anak nakal, atau takut melewati jalan yang sepi. Para ahli mengatakan, bahwa masalah-masalah tersebut sudah dapat menimbulkan stress dan kecemasan yang membuat anak menjadi moody, tegang, resah, dan mulai merengek tidak mau sekolah, ketika mulai mendekati waktu keberangkatan.
•Problem dalam keluarga
Penolakan terhadap sekolah bisa disebabkan oleh problem yang sedang dialami oleh orangtua atau pun keluarga secara keseluruhan. Misalnya, anak sering mendengar atau bahkan melihat pertengkaran yang terjadi antara papa-mamanya, tentu menimbulkan tekanan emosional yang mengganggu konsentrasi belajar. Anak merasa ikut bertanggung jawab atas kesedihan yang dialami orangtuanya, dan ingin melindungi, entah mamanya – atau papanya. Sakitnya salah seorang anggota keluarga, entah orangtua atau kakak/adik, juga dapat membuat anak enggan pergi ke sekolah. Anak takut jika terjadi sesuatu dengan keluarganya yang sakit ketika ia tidak ada di rumah.
•Pola hubungan anak dan orangtua yang tidak sehat
pola hubungan yang tidak sehat ini maksud nya adalah sikap orang tua yang tidak melihat anak seutuhnya. Anak tidak di perbolehkan menjadi dirinya sendiri, semua serba di atur dan bahkan ada sikap pilih kasih terhadap anak tersebut. Atau bahkan terjadi sebaliknya orangtua tidak peduli terhadap anaknya.
e.Penanganan terhadap fobia sekolah
•Tetap menekankan pentingnya sekolah
•Bersikap tegas dan konsisten terhadap anak
•Konsultasikan perkembangan anak pada ahlinya
•Berkerja sama dengan orang-orang yang ikut dalam perkembangan anak
•Luangkan waktu untuk beraktivitas dengan anak
•Lepaskan anak secara bertahap

Minggu, 16 Mei 2010

AUTISME

AUTISME
Autisme adalah suatu kondisi mengenai seseorang sejak lahir ataupun saat masa balita, yang membuat dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi yang normal. Akibatnya anak tersebut terisolasi dari manusia lain dan masuk dalam dunia repetitive, aktivitas dan minat yang obsesif.(Baron-Cohen, 1993). Menurut Power (1989) karakteristik anak dengan autisme adalah adanya 6 gangguan dalam bidang:
• interaksi sosial,
• komunikasi (bahasa dan bicara),
• perilaku emosi
• pola bermain
• gangguan sensorik dan motorik
• perkembangan terlambat atau tidak normal.
Gejala ini mulai tampak sejak lahir atau saat masih kecil; biasanya sebelum anak berusia 3 tahun.
Autisme dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder R-IV merupakan salah satu dari lima jenis gangguan dibawah payung PDD(Perpasive Development Disorder) di luar ADHD(Attention Deficit Hyperactivity Disorder) dan ADD(Attention Deficit Disorder). Gangguan perkembangan perpasiv (PDD) adalah istilah yang dipakai untuk menggambarkan beberapa kelompok gangguan perkembangan di bawah (umbrella term) PDD, yaitu:
1. Autistic Disorder (Autism) Muncul sebelum usia 3 tahun dan ditunjukkan adanya hambatan dalam interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome Hambatan perkembangan interaksi sosial dan adanya minat dan aktivitas yang terbatas, secara umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, serta memiliki tingkat intelegensia rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS) Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu (Autisme, Asperger atau Rett Syndrome).
4. Rett’s Syndrome Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
5. Childhood Disintegrative Disorder (CDD) Menunjukkan perkembangan yang normal selama 2 tahun pertama usia perkembangan kemudian tiba-tiba kehilangan kemampuan-kemampuan yang telah dicapai sebelumnya.
Diagnosa Perpasive Develompmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD – NOS) umumnya digunakan atau dipakai di Amerika Serikat untuk menjelaskan adanya beberapa karakteristik autisme pada seseorang (Howlin, 1998: 79). National Information Center for Children and Youth with Disabilities (NICHCY) di Amerika Serikat menyatakan bahwa Autisme dan PDD – NOS adalah gangguan perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya muncul sebelum usia 3 tahun. Keduanya merupakan gangguan yang bersifat neurologis yang mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, pemahaman bahasa, bermain dan kemampuan berhubungan dengan orang lain. Ketidakmampuan beradaptasi pada perubahan dan adanya respon-respon yang tidak wajar terhadap pengalaman sensoris seringkali juga dihubungkan pada gejala autisme.

Diagnosa Autisme Sesuai DSM IV
A. Interaksi Sosial (minimal 2):
1. Tidak mampu menjalin interaksi sosial non verbal: kontak mata, ekspresi muka, posisi tubuh, gerak-gerik kurang tertuju
2. Kesulitan bermain dengan teman sebaya
3. Tidak ada empati, perilaku berbagi kesenangan/minat
4. Kurang mampu mengadakan hubungan sosial dan emosional 2 arah
B. Komunikasi Sosial (minimal 1):
1. Tidak/terlambat bicara, tidak berusaha berkomunikasi non verbal
2. Bisa bicara tapi tidak untuk komunikasi/inisiasi, egosentris
3. Bahasa aneh & diulang-ulang/stereotip
4. Cara bermain kurang variatif/imajinatif, kurang imitasi social
C. Imaginasi, berpikir fleksibel dan bermain imaginatif (minimal 1):
1. Mempertahankan 1 minat atau lebih dengan cara yang sangat khas dan berlebihan, baik intensitas dan fokusnya
2. Terpaku pada suatu kegiatan ritualistik/rutinitas yang tidak berguna
3. Ada gerakan-gerakan aneh yang khas dan berulang-ulang. Seringkali sangat terpukau pada bagian-bagian tertentu dari suatu benda
Gejala autisme dapat sangat ringan (mild), sedang (moderate) hingga parah (severe), sehingga masyarakat mungkin tidak menyadari seluruh keberadaannya. Parah atau ringannya gangguan autisme sering kemudian di-paralel-kan dengan keberfungsian. Dikatakan oleh para ahli bahwa anak-anak dengan autisme dengan tingkat intelegensi dan kognitif yang rendah, tidak berbicara (nonverbal), memiliki perilaku menyakiti diri sendiri, serta menunjukkan sangat terbatasnya minat dan rutinitas yang dilakukan maka mereka diklasifikasikan sebagai low functioning autism. Sementara mereka yang menunjukkan fungsi kognitif dan intelegensi yang tinggi, mampu menggunakan bahasa dan bicaranya secara efektif serta menunjukkan kemampuan mengikuti rutinitas yang umum diklasifikasikan sebagai high functioning autism. Dua dikotomi dari karakteristik gangguan sesungguhnya akan sangat berpengaruh pada implikasi pendidikan maupun model-model treatment yang diberikan pada para penyandang autisme. Kiranya melalui media ini penulis menghimbau kepada para ahli dan paktisi di bidang autisme untuk semakin mengembangkan strategi-strategi dan teknik-teknik pengajaran yang tepat bagi mereka. Apalagi mengingat fakta dari hasil-hasil penelitian terdahulu menyebutkan bahwa 80% anak dengan autisme memiliki intelegensi yang rendah dan tidak berbicara atau nonverbal. Namun sekali lagi, apapun diagnosa maupun label yang diberikan prioritasnya adalah segera diberikannya intervensi yang tepat dan sungguh-sungguh sesuai dengan kebutuhan mereka.
Referensi baku yang digunakan secara universal dalam mengenali jenis-jenis gangguan perkembangan pada anak adalah ICD (International Classification of Diseases) Revisi ke-10 tahun 1993 dan DSM (Diagnostic And Statistical Manual) Revisi IV tahun 1994 yang keduanya sama isinya. Secara khusus dalam kategori Gangguan Perkembangan Perpasiv (Perpasive Developmental Disorder/PDD): Autisme ditunjukkan bila ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu: Interaksi Sosial – Komunikasi – Perilaku.
Autisme sebagai spektrum gangguan maka gejala-gejalanya dapat menjadi bukti dari berbagai kombinasi gangguan perkembangan. Bila tes-tes secara behavioral maupun komunikasi tidak dapat mendeteksi adanya autisme, maka beberapa instrumen screening yang saat ini telah berkembang dapat digunakan untuk mendiagnosa autisme:
• Childhood Autism Rating Scale (CARS): skala peringkat autisme masa kanak-kanak yang dibuat oleh Eric Schopler di awal tahun 1970 yang didasarkan pada pengamatan perilaku. Alat menggunakan skala hingga 15; anak dievaluasi berdasarkan hubungannya dengan orang, penggunaan gerakan tubuh, adaptasi terhadap perubahan, kemampuan mendengar dan komunikasi verbal
• The Checklis for Autism in Toddlers (CHAT): berupa daftar pemeriksaan autisme pada masa balita yang digunakan untuk mendeteksi anak berumur 18 bulan, dikembangkan oleh Simon Baron Cohen di awal tahun 1990-an.
• The Autism Screening Questionare: adalah daftar pertanyaan yang terdiri dari 40 skala item yang digunakan pada anak dia atas usia 4 tahun untuk mengevaluasi kemampuan komunikasi dan sosial mereka
• The Screening Test for Autism in Two-Years Old: tes screening autisme bagi anak usia 2 tahun yang dikembangkan oleh Wendy Stone di Vanderbilt didasarkan pada 3 bidang kemampuan anak, yaitu; bermain, imitasi motor dan konsentrasi.
Diagnosa yang akurat dari Autisme maupun gangguan perkembangan lain yang berhubungan membutuhkan observasi yang menyeluruh terhadap: perilaku anak, kemampuan komunikasi dan kemampuan perkembangan lainnya. Akan sangat sulit mendiagnosa karena adanya berbagai macam gangguan yang terlihat. Observasi dan wawancara dengan orang tua juga sangat penting dalam mendiagnosa. Evaluasi tim yang terdiri dari berbagai disiplin ilmu memungkinkan adanya standardisasi dalam mendiagnosa. Tim dapat terdiri dari neurolog, psikolog, pediatrik, paedagog, patologis ucapan/kebahasaan, okupasi terapi, pekerja sosial dan lain sebaginya.




Gejala
Anak dengan autisme dapat tampak normal di tahun pertama maupun tahun kedua dalam kehidupannya. Para orang tua seringkali menyadari adanya keterlambatan kemampuan berbahasa dan cara-cara tertentu yang berbeda ketika bermain serta berinteraksi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mungkin dapat menjadi sangat sensitif atau bahkan tidak responsif terhadap rangsangan-rangasangan dari kelima panca inderanya (pendengaran, sentuhan, penciuman, rasa dan penglihatan). Perilaku-perilaku repetitif (mengepak-kepakan tangan atau jari, menggoyang-goyangkan badan dan mengulang-ulang kata) juga dapat ditemukan. Perilaku dapat menjadi agresif (baik kepada diri sendiri maupun orang lain) atau malah sangat pasif. Besar kemungkinan, perilaku-perilaku terdahulu yang dianggap normal mungkin menjadi gejala-gejala tambahan. Selain bermain yang berulang-ulang, minat yang terbatas dan hambatan bersosialisasi, beberapa hal lain yang juga selalu melekat pada para penyandang autisme adalah respon-respon yang tidak wajar terhadap informasi sensoris yang mereka terima, misalnya; suara-suara bising, cahaya, permukaan atau tekstur dari suatu bahan tertentu dan pilihan rasa tertentu pada makanan yang menjadi kesukaan mereka.
Beberapa atau keseluruhan karakteristik yang disebutkan berikut ini dapat diamati pada para penyandang autisme beserta spektrumnya baik dengan kondisi yang teringan hingga terberat sekalipun.
1. Hambatan dalam komunikasi, misal: berbicara dan memahami bahasa.
2. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain atau obyek di sekitarnya serta menghubungkan peristiwa-peristiwa yang terjadi.
3. Bermain dengan mainan atau benda-benda lain secara tidak wajar.
4. Sulit menerima perubahan pada rutinitas dan lingkungan yang dikenali.
5. Gerakkan tubuh yang berulang-ulang atau adanya pola-pola perilaku yang tertentu
Para penyandang Autisme beserta spektrumnya sangat beragam baik dalam kemampuan yang dimiliki, tingkat intelegensi, dan bahkan perilakunya. Beberapa diantaranya ada yang tidak 'berbicara' sedangkan beberapa lainnya mungkin terbatas bahasanya sehingga sering ditemukan mengulang-ulang kata atau kalimat (echolalia). Mereka yang memiliki kemampuan bahasa yang tinggi umumnya menggunakan tema-tema yang terbatas dan sulit memahami konsep-konsep yang abstrak. Dengan demikian, selalu terdapat individualitas yang unik dari individu-individu penyandangnya.
Terlepas dari berbagai karakteristik di atas, terdapat arahan dan pedoman bagi para orang tua dan para praktisi untuk lebih waspasa dan peduli terhadap gejala-gejala yang terlihat. The National Institute of Child Health and Human Development (NICHD) di Amerika Serikat menyebutkan 5 jenis perilaku yang harus diwaspadai dan perlunya evaluasi lebih lanjut :
1. Anak tidak bergumam hingga usia 12 bulan
2. Anak tidak memperlihatkan kemampuan gestural (menunjuk, dada, menggenggam) hingga usia 12 bulan
3. Anak tidak mengucapkan sepatah kata pun hingga usia 16 bulan
4. Anak tidak mampu menggunakan dua kalimat secara spontan di usia 24 bulan
5. Anak kehilangan kemampuan berbahasa dan interaksi sosial pada usia tertentu
Adanya kelima ‘lampu merah’ di atas tidak berarti bahwa anak tersebut menyandang autisme tetapi karena karakteristik gangguan autisme yang sangat beragam maka seorang anak harus mendapatkan evaluasi secara multidisipliner yang dapat meliputi; Neurolog, Psikolog, Pediatric, Terapi Wicara, Paedagog dan profesi lainnya yang memahami persoalan autisme.


Penanganan Autisme di Indonesia
Intensitas dari treatment perilaku pada anak dengan autisme merupakan hal penting, namun persoalan-persoalan mendasar yang ditemui di Indonesia menjadi sangat krusial untuk diatasi lebih dahulu. Tanpa mengabaikan faktor-faktor lain, beberapa fakta yang dianggap relevan dengan persoalan penanganan masalah autisme di Indonesia diantaranya adalah:
1. Kurangnya tenaga terapis yang terlatih di Indonesia. Orang tua selalu menjadi pelopor dalam proses intervensi sehingga pada awalnya pusat-pusat intervensi bagi anak dengan autisme dibangun berdasarkan kepentingan keluarga untuk menjamin kelangsungan pendidikan anak mereka sendiri.
2. Belum adanya petunjuk treatment yang formal di Indonesia. Tidak cukup dengan hanya mengimplementasikan petunjuk teatment dari luar yang penerapannya tidak selalu sesuai dengan kultur kehidupan anak-anak Indonesia.
3. Masih banyak kasus-kasus autisme yang tidak di deteksi secara dini sehingga ketika anak menjadi semakin besar maka semakin kompleks pula persoalan intervensi yang dihadapi orang tua. Para ahli yang mampu mendiagnosa autisme, informasi mengenai gangguan dan karakteristik autisme serta lembaga-lembaga formal yang memberikan layanan pendidikan bagi anak dengan autisme belum tersebar secara merata di seluruh wilayah di Indonesia.
4. Belum terpadunya penyelenggaraan pendidikan bagi anak dengan autisme di sekolah. Dalam Pasal 4 UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional telah diamanatkan pendidikan yang demokratis dan tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, dukungan ini membuka peluang yang besar bagi para penyandang autisme untuk masuk dalam sekolah-sekolah umum (inklusi) karena hampir 500 sekolah negeri telah diarahkan oleh pemerintah untuk menyelenggarakan inklusi.
5. Permasalahan akhir yang tidak kalah pentingnya adalah minimnya pengetahuan baik secara klinis maupun praktis yang didukung dengan validitas data secara empirik (Empirically Validated Treatments/EVT) dari penanganan-penanganan masalah autisme di Indonesia. Studi dan penelitian autisme selain membutuhkan dana yang besar juga harus didukung oleh validitas data empirik, namun secara etis tentunya tidak ada orang tua yang menginginkan anak mereka menjadi percobaan dari suatu metodologi tertentu. Kepastian dan jaminan bagi proses pendidikan anak merupakan pertimbangan utama bagi orang tua dalam memilih salah satu jenis treatment bagi anak mereka sehingga bila keraguan ini dapat dijawab melalui otoritas-otoritas ilmiah maka semakin terbuka informasi bagi masyarakat luas mengenai pengetahuan-pengetahuan baik yang bersifat klinis maupun praktis dalam proses penanganan masalah autisme di Indonesia.
Terapi Bagi Individu dengan Autisme
Bila ada pertanyaan mengenai terapi apa yang efektif? Maka jawaban atas pertanyaan ini sangat kompleks, bahkan para orang tua dari anak-anak dengan autisme pun merasa bingung ketika dihadapkan dengan banyaknya treatment dan proses pendidikan yang ditawarkan bagi anak mereka. Beberapa jenis terapi bersifat tradisional dan telah teruji dari waktu ke waktu sementara terapi lainnya mungkin baru saja muncul. Tidak seperti gangguan perkembangan lainnya, tidak banyak petunjuk treatment yang telah dipublikasikan apalagi prosedur yang standar dalam menangani autisme. Bagaimanapun juga para ahli sependapat bahwa terapi harus dimulai sejak awal dan harus diarahkan pada hambatan maupun keterlambatan yang secara umum dimiliki oleh setiap anak autis, misalnya; komunikasi dan persoalan-persolan perilaku. Treatment yang komprehensif umumnya meliputi; Terapi Wicara (Speech Therapy), Okupasi Terapi (Occupational Therapy) dan Applied Behavior Analisis (ABA) untuk mengubah serta memodifikasi perilaku.
Berikut ini adalah suatu uraian sederhana dari berbagai literatur yang ada dan ringkasan penjelasan yang tidak menyeluruh dari beberapa treatment yang diakui saat ini. Menjadi keharusan bagi orang tua untuk mencari tahu dan mengenali treatment yang dipilihnya langsung kepada orang-orang yang profesional dibidangnya. Sebagian dari teknik ini adalah program menyeluruh, sedang yang lain dirancang menuju target tertentu yang menjadi hambatan atau kesulitan para penyandangnya.
• Educational Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: Applied Behavior Analysis (ABA) yang prinsip-prinsipnya digunakan dalam penelitian Lovaas sehingga sering disamakan dengan Discrete Trial Training atau Intervensi Perilaku Intensif.
• Pendekatan developmental yang dikaitkan dengan pendidikan yang dikenal sebagai Floortime.
• TEACCH (Treatment and Education of Autistic and Related Communication – Handicapped Children).
• Biological Treatment, meliputi tetapi tidak terbatas pada: diet, pemberian vitamin dan pemberian obat-obatan untuk mengurangi perilaku-perilaku tertentu (agresivitas, hiperaktif, melukai diri sendiri, dsb.).
• Speech – Language Therapy (Terapi Wicara), meliputi tetapi tidak terbatas pada usaha penanganan gangguan asosiasi dan gangguan proses auditory/pendengaran.
• Komunikasi, peningkatan kemampuan komunikasi, seperti PECS (Picture Exchange Communication System), bahasa isyarat, strategi visual menggunakan gambar dalam berkomunikasi dan pendukung-pendukung komunikasi lainnya.
• Pelayanan Autisme Intensif, meliputi kerja team dari berbagai disiplin ilmu yang memberikan intervensi baik di rumah, sekolah maupun lngkungan sosial lainnya.
• Terapi yang bersifat Sensoris, meliputi tetapi tidak terbatas pada Occupational Therapy (OT), Sensory Integration Therapy (SI) dan Auditory Integration Training (AIT).
Dengan adanya berbagai jenis terapi yang dapat dipilih oleh orang tua, maka sangat penting bagi mereka untuk memilih salah satu jenis terapi yang dapat meningkatkan fungsionalitas anak dan mengurangi gangguan serta hambatan autisme. Sangat disayangkan masih minim data ilmiah yang mampu mendukung berbagai jenis terapi yang dapat dipilih orang tua di Indonesia saat ini. Fakta menyebutkan bahwa sangat sulit membuat suatu penelitian mengenai autisme. Sangat banyak variabel-variabel yang dimiliki anak, dari tingkat keparahan gangguannya hingga lingkungan sekitarnya dan belum lagi etika yang ada didalamnya untuk membuat suatu penelitian itu sungguh-sungguh terkontrol. Sangat tidak mungkin mengkontrol semua variabel yang ada sehingga data yang dihasilkan dari penelitian-penelitian sebelumnya mungkin secara statistik tidak akurat.
Tidak ada satupun jenis terapi yang berhasil bagi semua anak. Terapi harus disesuaikan dengan kebutuhan anak, berdasarkan pada potensinya, kekurangannya dan tentu saja sesuai dengan minat anak sendiri. Terapi harus dilakukan secara multidisiplin ilmu, misalnya menggunakan; okupasi terapi, terapi wicara dan terapi perilaku sebagai basisnya. Tenaga ahli yang menangani anak harus mampu mengarahkan pilihan-pilihan anda terhadap berbagai jenis terapi yang ada saat ini. Tidak ada jaminan apakah terapi yang dipilih oleh orang tua maupun keluarga sungguh-sungguh akan berjalan efektif. Namun demikian, tentukan salah satu jenis terapi dan laksanakan secara konsisten, bila tidak terlihat perubahan atau kemajuan yang nyata selama 3 bulan dapat melakukan perubahan terapi. Bimbingan dan arahan yang diberikan harus dilaksanakan oleh orang tua secara konsisten. Bila terlihat kemajuan yang signifikan selama 3 bulan maka bentuk intervensi lainnya dapat ditambahkan. Tetap bersikap obyektif dan tanyakan kepada para ahli bila terjadi perubahan-perubahan perilaku lainnya

Jumat, 08 Januari 2010

Bagaimana kita mengatasi masalah ?????

Dalam mengatasi masalah kita harus punya sikap tenang, karena kalau kita emosi kita bukan mengatasi masalah tetapi menambah masalah. Setelah kita tenang coba kita analisa kenapa masalah itu bisa ada, karena kalau kita tahu apa penyebabnya pasti kita juga bisa mengatasinya, berusaha untuk berfikir positif, mencoba untuk menyelesaikan masalah itu sendiri dan kalau pun kita tidak mampu mengatasi sendiri baru kita meminta bantuan kepada orang terdekat tetapi itu pun harus kita pikirkan lagi sebelum kita ikuti bantuan dari orang terdekat tersebut dan ada baiknya juga kalau kita sharing dengan orang yang bersikap netral (tidak memihak). Yang utama mendekatkan diri dengan TUHAN merupakan cara yang paling penting dalam mengatasi segala masalah .

Kamis, 07 Januari 2010

CARA MENGHILANGKAN HAL-HAL BURUK PADA DIRI SENDIRI

Apapun yang terjadi pada diri sendiri itu berasal dari diri kita sendiri sebenarnya. Kita menjadi baik karena kita menanamkan hal-hal baik pada diri kita sendiri begitu pula sebaliknya, kita menjadi buruk karena kita menanamkan hal-hal buruk pada diri kita sendiri. Keluarga merupakan bagian yang penting dalam hal menanamkan hal-hal baik atau buruk pada diri kita sendiri karena kita bersama keluarga paling lama menghabiskan waktu. Jadi kita pertama terbentuk kepribadian yang baik atau buruk itu merupakan pengaruh dari keluarga. Yang kedua adalah pengaruh dari lingkungan tempat tinggal karena mau tidak mau kita akan melihat kebiasaan yang di lakukan di daerah tempat tinggal kita. Selanjutnya adalah teman yang mempengaruhi kepribadian kita, seperti contohnya jika kita berteman dengan teman yang pintar secara tidak langsung kita akan ikut menjadi pintar karena kita akan mengikuti pula kebiasaan teman kita yang pintar itu. Kemudian contoh lainnya jika kita berteman dengan teman yang seperti preman atau biang rusuh maka sudah secara otomatis kita juga akan di lihat jelek oleh orang lain. Setiap pengaruh pasti ada baik dan buruknya, kita juga harus tahu hal-hal yang positif untuk kita dan menghilangkan hal-hal negative atau buruk untuk kita dengan cara :

• Introspeksi diri, dengan begitu kita tahu hal-hal yang baik dan buruk pada diri kita.
• Berusaha sendiri mengubah hal-hal yang buruk tadi menjadi hal-hal yang baik seperti contohnya kebiasaan berbelanja yang berlebihan dan setelah di beli ternyata barang tersebut tidak berguna untuk kita yang akhirnya menjadi penghuni di kamar kita tanpa fungsi apapun. Hal tersebut bisa menjadi lebih baik jika kebiasaan kita berbelanja berlebih itu kemudian barang-barang yang di beli kita kasih kepada orang yang membutuhkan. Jadi kebiasaan berbelanja terpenuhi dan kita membuat orang lain senang juga .
• Meminta bantuan orang lain seperti kebiasaan berkata-kata kasar, kita meminta bantuan orang lain untuk mengingatkan kita jika kita berkata kasar untuk berkata lebih sopan.
• Menghindari faktor-faktor yang membuat kita melakukan hal-hal buruk seperti, kebiasaan tidur larut malam sehingga keesokan harinya kita bangun kesiangan dan terlambat beraktivitas. Kita harus mengindari tidur larut malam dengan cara mencari aktivitas yang membuat kita lelah sehingga sebelum larut malam kita sudah harus beristirahat.